Tugas Negara sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 salah satunya
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam usaha itu, Pemerintah menyelenggarakan pendidikan
berjenjang mulai dari pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan
menengah sampai pendidikan tinggi.
Mencerdaskan bangsa itu bisa dalam dua hal, yang pertama mencerdaskan
secara intelektual dan yang kedua mencerdaskan mental dari bangsa itu sendiri.
Mencerdaskan intelektual sangat penting dalam era globalisasi ini untuk modal
persaingan IPTEK dengan negara lain.
Output dari pendidikan intelektual mampu membangun bangsa ini menjadi lebih
maju dan lebih sejahtera. Namun sebenarnya pendidikan mental atau disebut pendidikan karakter juga tidak
kalah penting. Salah satu kepentingan masyarakat/bangsa yang harus diperhatikan
pendidikan adalah jati diri bangsa.
Jati diri bangsa terbentuk dari karakter bangsa sedangkan karakter bangsa
terbentuk dari berbagai kebajikan yang dikembangkan oleh bangsa tersebut dalam
waktu yang panjang (local genius). Kebajikan itu terdiri atas nilai-nilai yang
disepakati anggota bangsa sebagai dasar untuk berkomunikasi, bekerjasama, berkarya membangun kehidupan kebangsaan dan
kehidupan global.
Gambar : jakartaglobe |
Orang Indonesia memiliki jati diri bangsa yang berbeda dari orang Malaysia
walaupun kedua negara itu terbentuk oleh anggota bangsanya yang sebagian suku
Melayu dan bahasa yang berkembang dari bahasa Melayu. Perkembangan kehidupan suku
Melayu di kedua negara dalam perjalanan waktu yang panjang telah membuat
perbedaan-perbedaan tersebut.
Baca juga : Kebenaran Sejarah
Anak dalam hal ini peserta didik adalah calon penerus bagi bangsa dan
negara. Maka dari itu mereka harus mengetahui jati diri bangsanya. Meskipun kita
hidup di zaman globalisasi yang tidak ada batas antar negara baik dalam ekonomi
maupun budaya, namun mengetahui dan mempertahankan jati diri adalah hal yang
sangat penting.
Jati diri menjadi ciri khas dari suatu bangsa, orang lain akan menyebutkan
Indonesia dengan menyebutkan ciri-ciri masyarakat Indonesia seperti ramah dan
lainnya. Jati diri bisa tetap ada dengan cara memelihara nilai-nilai budaya
yang diwariskan oleh nenek moyang kita. Nilai-nilai tersebut berakar pada
budaya masyarakat sejak masa awal. Budaya itu berkembang sesuai dengan
tantangan zaman yang dihadapi masyarakat pada kurun waktu tertentu dan
keunggulan anggota masyarakat dalam menjawab tantangan zaman yang dihadapi.
Baca juga : Setiap Manusia adalah Sejarawan?
Keunggulan yang dimiliki anggota masyarakat pada suatu kurun waktu mungkin
dalam bentuk pengetahuan tentang alam, teknologi yang dimiliki, dan sikap dalam
menghadapi alam dan penggunaan teknologi. Peserta didik dapat mempelajari
pengetahuan, teknologi, sikap, dan cara-cara yang digunakan masyarakat bangsa
pada waktu dulu untuk dijadikan inspirasi dan aspirasi dalam menghadapi
tantangan masa kini dan masa mendatang.
Pendidikan Sejarah merupakan mata pelajaran yang paling cocok untuk memperkenalkan
kepada peserta didik tentang bangsanya di masa lampau. Sesuai dengan bidang
kajiannya, pendidikan Sejarah memperkenalkan kepada generasi sekarang tentang
bagaimana kehidupan pada masa lampau dengan memberikan makna atas suatu
peristiwa, bukan hanya memperkenalkan angka tahun dan tempat saja. Belajar
sejarah itu bukanlah mengenai apa, dimana, dan kapan yang berupa pengetahuan
faktual, namun belajar sejarah itu lebih dari itu. Pemaknaan dari belajar
sejarah bisa dicapai ketika kita melemparkan pertanyaan mengapa dan bagaimana
terhadap suatu peristiwa. Dengan pertanyaan seperti itu akan timbul pemikiran
kritis peserta didik yang selanjutnya akan menimbulkan analsis atas peritiwa
tersebut.
Pemaknaan seperti itu akan menambah pemahaman kepada peserta didik terhadap
masalah yang dihadapi pada masa itu dan
bisa menjadi referensi ketika masalah tersebut timbul kembali pada masa kini. Tindakan
apa yang dilakukan para pelaku sejarah yang tidak mampu mencapai tujuan
sehingga dapat dianggap sebagai suatu kesalahan atau bahkan kegagalan. Tindakan
apa yang mereka lakukan yang mampu mencapai tujuan sehingga dianggap sebagai
suatu keberhasilan dan memberikan dampak positif bagi kehidupan kebangsaan
sesudahnya.
Baca juga : Historiografi Tradisional Indonesia
Selain untuk mengembangkan karakter bangsa, pendidikan sejarah adalah
wahana pendidikan untuk mengembangkan disiplin ilmu sejarah. Dalam upaya ini
maka peserta didik diajak untuk berpikir dalam tatanan berpikir historis dan
kemampuan kesejarahan dalam mengumpulkan data (Heuristik), melakukan seleksi
untuk menemukan fakta sejarah (Kritik), merekonstruksi fakta yang ditemukan
(Interpretasi) menjadi suatu peristiwa sejarah (Historiografi). Dalam upaya ini
pendidikan sejarah diposisikan sebagai pendidikan keilmuan dan pengembangan
kemampuan intelektual menjadi tujuan yang utama dibandingkan dengan upaya pengembangan
ranah afektif.
Mata pelajaran sejarah pada kurikulum pendidikan kita sangat penting. Program
Wajib Belajar 9 Tahun adalah pendidikan untuk seluruh anak bangsa. Oleh karena
itu pengembangan nilai-nilai yang menopang karakter bangsa bersama dengan
kemampuan berpikir kritis-analitis, kebiasaan membaca dan kemampuan belajar
menjadi tujuan utama pendidikan sejarah. Pengenalan dan pemahaman sejarah lokal
dilanjutkan dengan sejarah nasional, penghargaan terhadap jasa pahlawan,
keinginan untuk mencontoh tindakan kepahlawanan adalah penting untuk membangun
memori kolektif sebagai bangsa pada diri peserta didik.
Selain itu tujuan dari pendidikan Sejarah khusunya pada jenjang SMA adalah
untuk mengembangkan kemampuan berfikir analitis-kritis terhadap suatu peristiwa
dengan berpijak pada keilmuan sejarah. Kemampuan berfikir analitis-kritis
dilatih dengan menganalisis peristiwa-peristiwa masa lalu. Sehingga terbangun
pola fikir analitis-kritis, terbiasa mencari tahu kebenaran sebelum percaya
terhadap suatu berita atau peritiwa.
Baca juga artikel lainnya terkait Sejarah
Cecep Lukmanul Hakim
No comments:
Post a Comment