Sebagian orang ada yang berkeinginan jika
boleh memilih ia ingin hidup pada masa Rasulullah atau paling tidak masa
Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in. Mereka beranggapan bahwa hidup pada jaman
sekarang suatu kerugian. Umat akhir jaman diyakini adalah sejelek jeleknya
umat, yang jauh dari Islam jaman Rasulullah. Stigma “rugi” menjadi umat akhir
jaman sebagai umat yang karena jarak waktu sangat jauh dari jaman Rasulullah
dibangun secara sadar ataupun tidak sadar.
Setiap
keburukan yang terjadi disekitar, pelacuran, pemerkosaan, pembunuhan dan semua
hal yang dikategorikan keburukan selalu dinisbahkan pada akhir jaman. Waktu
menjadi kambing hitam atas ketidakpuasan pada kondisi sosial maupun keagamaan.
Tanpa ragu kita selalu berucap “dasar umat akhir jaman” atau “mungkin karena
sekarang akhir jaman” ketika merespon hal-hal yang tidak sesuai dengan tuntunan
agama.
Baca juga : Keberadaan Tanpa Kebermaknaan
Branding
“umat akhir jaman yang jelek” membangun sugesti penyesalan. Alam bawah sadar
merespon branding tersebut dengan pernyataan ilusi. Pernyataan yang sebetulnya
bentuk protes yang dilandasi ketidaksiapan dan keputusasaan dalam memandang
hidup. “Kalaulah kita hidup dijaman Rasul, kita pasti akan jadi umatnya dan
masuk surga bersamanya”. Kira-kira begitu kalimatnya.
Lalu,
siapa yang menjamin jika kita hidup pada masa Rasulullah kita akan berdiri
dibelakangnya sebagai makmum dan berdiri didepanya kitika berperang?. Bisakah
kita meyakinkan diri sendiri dengan mantap akan mengimani ajaran “baru” yang
dibawa oleh seorang pedagang yang yatim piatu?. Siapa yang akan menjamin bahwa
kita akan menjadi pembela dan bukan salah satu yang mencemoohnya?.
Baca juga : Terjebak
Baca juga : Terjebak
Sesungguhnya tidak ada yang salah dengan
waktu, umat akhir jaman juga umat Rasulullah. Dia akan memberikan syafa’atnya
sampai pada masa ketika kiamat bagi yang beriman. Dan waktu hanyalah waktu, ia
berjalan dengan fenomena-fenomena khas pada setiap masanya. Imanlah yang membuat
Abu Bakar berdiri dibelakangnya sebagai makmum dan berdiri didepannya ketika
perang. Dan jika kita menginginkan itu, tak perlu menyalahkan akhir jaman,
cukup tirulah Abu Bakar.
Baca juga : Bagaimana Ketentuan Tuhan atas Hidup Kita ?
Cecep Lukmanul Hakim
Sungguh suatu paradigma keliru seandainya umat yg hidup dimasa skrg berfikir dan menyesali masa, pdhal sudah jelas Qur'an dan Sunah Rasul yg menuntun kita ke Surga.
ReplyDeleteblognya sangat bagus sekali bermutu
ReplyDeletetinju dunia