Perkara hidup tak akan pernah habis kita
fikirkan dan diskusikan. Warung kopi tempat ngopi sebangsa saya yang secara
ekonomi berada di bawah garis kemiskinan, Café tempat kongkow dan kopdar orang
berduit, semua materi pembicaraannya tak jauh dari masalah hidup. Dimulai
materi yang ringan seperti urusan gaya hidup, kategori menengah yaitu urusan
mencari materi (duniawi) sampai yang tingkat dewa seperti keinginan untuk
poligami tapi diridoi oleh istri pertama menemani semangkuk bakso atau sepiring
nasi timbel bisa juga ditemani secangkir kopi atau teh dengan kepulan kretek
khas Indonesia.
Sebagai seorang muslim, kita tentunya
meyakini bahwa setiap mahluk baik yang hidup mapun yang mati didunia semuanya
memerankan skenario dari yang Maha Agung. Cerita jalan hidup bagi kita
sebenarnya telah ditentukan oleh Nya jauh sebelum kita menangis untuk pertama
kali. Qada dan Qadar itu adalah pondasi yang harus kita imani, tanpa perdebatan
dan diskusi.
Baca juga : Umat Akhir Zaman
Namun
pengetahuan ini sangatlah terbatas, kita dilahrikan sebagai yang serba bodoh
dan serba tidak tahu. Jangankan mengetahui kapan kita menikah dan dengan siapa
kita menikah, untuk bisa mengingat sesuatu pun kita baru mencapainya saat umur
4 tahun. Lantas bagaimana kita tahu yang sekarang kita alami itu adalah takdir
Tuhan?
Kuncinya hanya satu yaitu Ikhtiar. Batas
terakhir yang bisa kita lakukan untuk sesuatu hal itulah yang disebut takdir. Usaha
yang dilakukan dengan bersungguh sungguh mengerahkan segala kemampuan dan
keyakinan adalah usaha kita untuk mengetahui takdir kita, baik ataupun buruk
hasilnya. Begitu juga keinginan yang dicapai dengan usaha apa adanya itulah
garis Tuhan, baik hasilnya atau buruk hasinya.
Baca juga : Terjebak
Menerima sebuah ketentuan adalah perkara
berat, apalagi jika tak sesuai dengan harapan. Butuh kerelaan dari dasar hati
yang dilandasi kesadaran bahwa kita ini hanya mahluk yang tunduk pada Khaliqnya.
Bak orang yang mabuk cinta, ia merasa rela bila sang Cinta memperlakukan kita
bagaimanapun kehendakNya. Kecintaan padaNya melupakan apa yang telah kita
usahakan dengan keras, kerumitan hidup dan banyak kekecewaan yang ditemui. Perasaan
cinta padaNya tetap menyala meskipun jiwa dan raga kita hancur dan mencair seperti
lilin.
Cinta yang Maha Dahsyat itu sesungguhnya
fitrah bagi semua manusia. Benihnya suda Dia tanam ketika Dia bertanya “Bukankah
Aku ini Tuhanmu?” dan kita menjawab “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi”.
Kita lahir ke dunia bersama benih cinta yang Dia tanam. Namun benih adalah
benih, ia dapat tumbuh menjadi pohon yang berbuah, bisa juga mati sebelum
bertangkai.
Baca juga : Bagaimana Ketentuan Tuhan atas Hidup Kita ?
Maka manusia adalah yang
bertanggungjawab atas benih itu. Hidup tidaklah cukup untuk membuat benih itu
tumbuh subur dalam diri kita. Hidup dalam kehampaan dan keberadaan kita hanya
langkah demi langkah yang tak tentu arah tersesat di padang kehidupan. Dan pada
akhirnya ketiadaan kita dan segala yang kita dapatkan menjadi ketakutan yang
hakiki. Ketiadaan kita adalah hantu sesungguhnya yang setiap saat jika kita
membayangkanya kita menolaknya.
Kita adalah tidak ada dan akan kembali
kepada ketiadaan. Ketakuan akan ketiadaan secara fisik yang sejatinya itu
sebuah keniscayaan sesunggunya kematian dari harapan. Kematian harapan akan
sebuah cinta dari sang Pencipta. Benih cinta yang jika kita semai, siram dan
rawat dengan baik akan membangun sebuah harapan dalam hidup. Harapan di atas
seluruh harapan kita tentang duniawi. Keberadaan kita tidak akan seperti batu
yang hanya ada dan berwujud, lebih dalam kita akan menemukan kebermaknaan dalam
keberadaan. Tiap helaan napas dan detakan jantung pun akan bernilai karena itu
merupakan usaha mencapai harapan sebagai buah cintaNya.
Baca juga : Siapa yang Salah ?
Capaian dari ikhtiar tak menjadi soal penting
jika dibandingkan nikmatnya memaknai setiap unataian cinta padaNya. Baik dan
buruk yang akan kita hadapi dirasakan hanya nikmat dan ujian sebagai
interpretasi cintaNya. Toh pada akhirnya kita meyakini akan dikumpulkan dalam
kelompok kekasihNya kelak. Aamiin.
Baca juga artikel Filsafat lainnya
nice blog penggunaan bahasanya juga bagus sekali keep bloging yah
ReplyDeleteberita rusia