Sebagai
seorang awam akan ilmu agama, membicarakan hal-hal ghaib dalam agama adalah hal
yang tabu. Kita cenderung lebih berhati-hati dalam berbicara mengenai hal
tersebut, atau bahkan seringkali menghindari pembicaraan kearah itu. Kita takut
karena kedangkalan ilmu justru akan menjerumuskan kita kedalam hal-hal yang
mendatangkan madharat.
Saya
teringat sewaktu pertama kali masuk kuliah, ada salah satu senior di kostan
dengan tiba-tiba bertanya ‘Menurutmu apa itu takdir?’. Dan sudah pasti saya
dibuat celingak celinguk dengan pertanyaan itu. Takut akan kesalahan berbicara
dengan kedangkalan ilmu menjadi dasar saya tidak menjawab.
Sebagai
orang yang berTuhan, tentu saya meyakini dan mengimani bahwa ketentuan Tuhan
atas kita benar adanya. Bahkan ketentuan tersebut sudah ditetapkan jauh sebelum
kita lahir ke dunia. Tapi saya tidak akan membahas bagaimana ketentuan tersebut
digariskan oleh Tuhan dan hal yang berkaitan dengannya, karena itu bukan domain
mahluk untuk memikirkannya.
Baca juga : Siapa yang Salah ?
Sebagai
hal ghaib yang tentu tidak kita ketahui wujudnya dan garis perjalanannya,
bagaimana kita tahu bahwa hal tersebut adalah ketentuan Tuhan?. Ketentuan itu
diketahui ketika hal tersebut justru sudah terjadi. Sebagai contoh, kita
mengetahui bahwa ketentuan umur bagi si Fulan adalah 85 tahun, justru ketika
dia sudah meninggal. Sebelum itu terjadi, kita tidak tahu ketentuan umur si
Fulan, bisa kurang 85 tahun bisa juga lebih, itu mungkin yang saya tangkap dari
konsep ghaibnya ketentuan Tuhan.
Lalu
bagaimana cara kita mengetahui ketentuan Tuhan atas kita? TIDAK BISA, kita
tidak bisa mengetahuinya dan mendahuluinya seperti seorang peramal.
Ketentuan
Tuhan itu ibarat ‘sejauhmana kita dapat melemparkan sebuah batu’. Jauh dekatnya
hasil lemparan merupakan ketentuan Tuhan atas kita. Jika kita mencermati
perumpaan tersebut, ada variable yang mempengaruhi terhadap ketentuan Tuhan,
yaitu tenaga. Tenaga besar akan membuat lemparan kita lebih jauh dibandingkan
dengan tenaga yang lemah.
Baca juga : Bagaimana Ketentuan Tuhan atas Hidup Kita ?
‘Tenaga’
merupakan analogi dari ikhitar, ikhtiar merupakan usaha kita dalam hidup. Ikhitiar
berarti mengerahkan segala potensi baik secara jasmani maupun ruhani dengan
sekuat kuatnya. Tidak berhenti menggali potensi selama hayat masih dikandung
badan sampai titik dimana kita harus berhenti. Besar kecil, kuat lemahnya
ikhitiar kita dalam hidup menentukan ketentuan Tuhan atas kita sendiri. Karena
Tuhan Maha Adil dan Maha Mengetahui atas usaha kita, maka Dia akan memberikan
‘sesuatu’ yang pantas kita dapatkan. Jika kita sudah berhenti, maka itulah
ketentuan Tuhan atas kita dan kita harus bertawakal atasnya baik ataupun jelek
hasilnya.
Baca juga artikel terkait Filsafat lainnya
topik yang sangat bagus sekali
ReplyDeletesindonews