Banyak
orang dengan secara tidak sadar meyakini bahwa Tuhan membeda-bedakan setiap
manusia atau bahkan menganggap berlaku tidak adil pada dirinya atau orang lain.
Mereka berpendapat bahwa manusia diciptakan dengan kadar kemampuan dan dengan
batasan yang beragam.
Atau
setidaknya mereka sering mengeluh dan melemparkan kesalahan kepada Tuhan atas
ketidakmampuan dirinya dalam menghadapi permasalahan. Seringkali kita mendengar,
bahkan kita sendiri berkata, ‘Mungkin ini adalah batas kemampuan yang diberikan
Tuhan pada saya’. Kalimat ini sering kali diucapkan oleh kita atas
ketidakmampuan kita menghadapi permasalahan atau menyelesaikan masalah.
Kalimat
seperti ini seolah pembenaran terhadap capaian kita dalam sebuah proses, kita
tidak bisa melakukan lebih dari itu. Sedangkan terhadap orang lain yang lebih
tinggi capaiannya dari kita, ‘Ya itu merupakan anugerah dari Tuhan untuknya’.
Jika pola berfikir kita seperti itu, apakah kita tidak meragukan kuasa Tuhan?
Apakah kita tidak meyakini Tuhan berlaku adil pada kita?
Saya
di sini tidak dalam mempertanyakan dzat Tuhan, karena itu bukan wilayah fikiran
manusia. Hanya saja saya meyakini bahwa Tuhan berlaku adil dalam hal apapun dan
kepada siapapun. Tidak ada satu manusia pun yang diperlakukan berbeda dengan
yang lainnya. Semua diberikan bekal yang sama untuk mengarungi kehidupan.
Baca juga : Umat Akhir Zaman
Ibarat
‘bekal’, jasmani serta rohani adalah hal yang harus kita manfaatkan dalam hidup.
Ibaratnya orang tua memberikan bekal pada seluruh anak untuk satu hari sejumlah
Rp. 10.000, maka ia telah berlaku adil. Namun pada akhirnya ada anak yang
menghabiskan bekalnya, ada juga yang disimpan sebagian ataupun ada anak yang
justru mendapatkan keuntungan dari bekal tersebut dengan cara mengusahakannya. Kalau
sudah begitu, siapa yang sesungguhnya berkuasa atas pemberian orang tua
tersebut?
Apakah
karena bekalnya merasa kurang kita lantas menyalahkan orang tua? Apakah karena
bekalnya habis kita menyalahkan orang tua? Apakah karena bekal kita sebagian
tersimpan dan bertambah lantas kita tidak berterimakasih pada orang tua?
Baca juga : Bagaimana Ketentuan Tuhan atas Hidup Kita ?
Perilaku
kita mementukan hasil akhir. Bagaimana kita mengatur potensi yang telah
diberikan menjadi output yang kita perjuangkan itu tergantung kita. Seberapa besar
kita mendorong dan menggali kemampuan kita adalah tanggungjawab kita sendiri.
Jika
kita mau berfikir, kenapa banyak orang dengan keterbatasan dapat melampaui
pencapaian kita? Apakah itu hanya semata-mata pemberian Tuhan? Saya kira,
justru itu merupakan kesuksesan dirinya dalam mengatur potensi yang diberikan
Tuhan.
Kalau
sudah begitu, apakah kita tetap mau berpangku tangan dan terus menyalahkan
Tuhan?
Baca juga artikel terkait Filsafat lainnya
bagus sekali tidak pernah bosan membacanya
ReplyDeletesindonew