Halaman

Thursday, November 9, 2017

Belajar dari Timur

Oleh Cecep Lukmanul Hakim
Hari ini ketemu sama kawan dari timur, kebetulan dia lagi kuliah di Unigal. Sudah lama tinggal di Jawa, sejak lulus SD katanya dan baru sekali pulang ke kampung halaman. Aripin namanya, dan yang bikin kaget, dia satu marga dengan kawan saya dulu di pondok.
Berhadapan dengan orang lain daerah, merupakan berkah yang tak terkira buat saya. Saya bisa bertanya sepuasnya tentang apapun kepadanya. Alam, penduduk, sosial masyarakat, pembangunan pokonya apapun. Dan yang paling penting, saya tidak keluar ongokos untuk tahu segalanya, hanya rokok dan kopi saja sesajennya, itupun masih dibayarin sahabat saya.
Mujahid, dia saya sebut. Mujahid karena dia seorang muslim yang bertekad untuk kembali lagi kedaerahnya di Kupang dengan misi mensyiarkan Islam. Ketika saya bertanya apakah akan menetap atau pulang kampung, dia dengan yakin menjawab “saya akan pulang, karena tujuan saya ke sini untuk belajar dan kembali untuk membangun kampung serta syiar Islam”. Mujahid bukan?
Dia akan kembali ke lingkungan nya dengan membawa perubahan yang mendasar, yaitu agama. Kita tahu di timur muslim adalah kelompok minoritas, hanya berapa persen dari jumlah penduduk. Tapi dia mewakafkan jiwa raga serta waktunya demi syiar dan berkibarnya bendera Islam. Mujahid bukan?
Akal saya langsung terpancing, bagaimana cara dia untuk “mempromosikan” label Islam disana?. Dengan dakwah dari desa ke desa kah? Atau kajian kajian keilmuan kah? Atau dengan dakwah door to door?. “Tidak”, jawabnya santai. Islam diterima karena wajah, bukan wajah galak, bukan wajah mengkerut berfikir bukan juga wajah serius kajian. Islam diterima karena berwajah ramah. Ramah dalam arti saling menghargai dan saling berbagi. “Akang juga ga mau kan diajak sama orang galak? Atau yang suka marah-marah?” tanya dia.
Meminjam kata Gus Dur Rohimahullah, kesalehan sosial menjadi modal Islam dapat dikenal dan diterima disana. Dengan Qurban, muslim berbagi daging dengan non muslim, dengan Zakat kita membantu saudara non muslim, dengan Infak dan Sodaqoh kita saling membantu saudara yang kesulitan. Wajah seperti itulah yang membuat jumlah muslim sudah 70 % dilingkungannya sekarang dan menuju 100%.
Subhanallah.
Islam memang Rahmatan Lil’alamin. 

1 comment: