Halaman

Thursday, July 21, 2011

Perang Salib

Perang Salib I (bag II)
Oleh Cecep Lukmanul Hakim
Penyerangan Yarusalem oleh Pasukan Salib I

Khotbah Paus Urbanus II dihadapan peserta Konsili Clermont pada tanggal 25 November 1095 menandai dimulainya babak sejarah terbesar dalam sejarah persaingan antara Islam dengan Kristen. Puas Urbanus II mengobarkan semangat perang suci kepada para ksatria dan seluruh warga Kristen Eropa untuk berperang dengan kaum muslim yang telah mencaplok sebagian daerah kekuasaan Byzantium di timur. Paus juga memerintahkan untuk membebaskan kota suci Yarusalem dari cengkraman orang saraken yang mengganggu para peziarah Kristen yang datang ke Yarusalem. Amstrong dalam bukunya (2007: 27) menyatakan bahwa “Orang-orang Turki Saljuk, jelas Paus Urban, adalah ras bar-bar dari Asia tengah yang baru saja menjadi muslim, yang telah menyerbu hingga Anatolia di Asia kecil (Turki Modern) dan mencaplok negeri-negri Kerajaan Byzantium Kristen”.
Perintah suci tersebut disambut oleh seluruh rakyat Eropa, para ksatria Eropa menyambut dengan antusias terhadap perintah perang suci tersebut, terutama para ksatria Prancis dari bangsa Frank. Merekalah rombongan pertama yang berangkat menuju Yarusalem dengan pasukannya ke Konstantinopel. Tidak lama setelah khutbah Paus, para ksatria Frank dari Prancis berangkat menuju Yarusalem pada Agustus 1096. Amstrong dalam bukunya (2007:246) menjelaskan “Godfrey dari Boullion, yang pasukannya merupakan rombongan pertama yang meninggalkan Eropa pada bulan Agustus 1096, telah menjual perkebunannya untuk Rosay dan Stenay di Meuse”.
Suasana Konsili Clermont yang dipimpin
oleh Paus Urbanus II
Pasukan-pasukan itu terbagi menjadi beberapa kelompok dengan dipimpin oleh pemimpin yang cakap. Kelompok pertama adalah pasukan Godfrey dari Boulion dan Baldwin saudaranya keturunan bangsa Frank berangkat pada Agustus 1096. Amstrong menjelaskan (2007: 246) “Ia terlahir sebagai pewaris tanah kaum bangsawan feodal di Lorraine dan keturunan ksatia Charlemagne”.
Charlemagne adalah salah satu raja dari dinasti Carolingen. Dinasti ini muncul sesudah dinasti Merovingen dikudeta oleh jenderal-jenderalnya. Dinasti Merovingen adalah dinasti bangsa Frank yang telah menaklukan Eropa dan menetap di Eropa Barat dan Eropa Tengah. Pada masa Charlemagne, bangsa Frank mulai mengadopsi Kristen sebagai agama mereka dan mereka meneruskan kekuasaan Romawi dengan kerajaan yang berjuluk Holy Roman Empire.
Pada bulan September 1096 Bohemund berangkat bersama pasukannya untuk membebaskan Yarusalem dan bersatu dengan pasukan pertama yang berangat dibawah pimpinan Godfrey dan Baldwin. Amstrong (2007:243) menjelskan “Beberapa minggu kemudian Bohemund dan keponakannya Tancred, berlayar menuju Konstantinopel dengan sepasukan bersenjata lengkap dan terlatih”.
Godfrey de Boullion:
Pemimpin pasukan Salib I
Setelah dua rombongan pasukan salib berangkat, Raymund dari st Gilles berangkat menuju Konstantinopel bersama pasukannya. Agaknya ia didorong oleh perasaan patuh terhadap agama Kristen dan mengenyampingkan motif-motif duniawi berbeda dengan kstaria dari bangsa Frank yang mengutamakan motif ekonomi dalam perjalanan suci ini. Semangat jihad Raymund terbentuk karena ia telah mengalami pertempuran dengan pasukan muslim di Spanyol, selain itu ia adalah pendukung reformasi Cluny. Mengenai reformasi Cluny, Amstrong menjelaskan (2007:102):
“Pada sekitar waktu Otto membangkitkan Kekaisaran Romawi Suci di Barat, Gereja juga memulai upaya yang lebih efektif untuk mereformasi semangat kejiwaan Eropa. Reformasi ini dimulai pada akhir abad ke 10 di Biara Ordo Benediktin Cluny di Burgundy dan dibanyak cabangnya. Para Rahib Reformasi Cluny ingin mengkristenkan masyarakat Eropa dan mendidik mereka dalam cara Kristen sejati”.
            Keberangkatan pasukan salib I untuk membebaskan tanah suci Yarusalem seolah-olah hanya dilakukan oleh bangsa Frank di Prancis. Tidak ada ksatria yang memimpin pasukan salib I yang berasal dari Italia yang berjarak lebih dekat dengan Paus yang seharusnya memiliki kesalehan dan semangat yang lebih besar dibanding para ksatria dari daerah lainnya. Keberangkatan ksatria-kastria Frank memiliki alasan yang sangat logis, bahwa mereka memiliki keterkaitan yang dalam terhadap Yarusalem. Bangsa Frank yang menguasai Prancis adalah keturunan dari Yesus kristus dan Maria Magdalena. Ketika Yesus wafat di salib, Maria Magdalena sedang mengandung anak Yesus dan lari dari Yarusalem ke Prancis bersama pamannya. Pendapat ini sekaligus menjawab dimana kontribusi orang Yahudi ketika perang salib. Selain itu, dinasti Carolingen dari bangsa Frank adalah dinasti yang dikalahkan dominasinya oleh dinasti Umayah di wilayah Andalusia. Karena ketika dinasti ini memerintah di Eropa islam masuk pada ke Andalusia pada tahun 732. Bangsa Frank terkesan ingin melancarkan balas dendam terhadap muslim atas kejadian itu.
Di Konstantinopel mereka telah ditunggu oleh kaisar Byzantium yaitu Alexius yang telah terdesak akibat ekspansi Turki Saljuk atas wilayahnya. Tetapi kedatangan pasukan salib menimbulkan suatu kekhawatiran bagi Alexius, dia khawatir apabila pasukan salib berhasil memukul mundur pasukan Turki Saljuk maka mereka akan meminta daerah tersebut menjadi wilayah mereka. Amstrong menjelaskan (2007:251) “Alexius masih khawatir bahwa apabila mereka memang berhsil menaklukan kembali setiap wilayah bekas miliknya dari Turki, maka mereka akan menolak mengembalikan wilayah-wilayah itu dan mengambilnya untuk mereka sendiri”. Alexius khawatir bangsa Frank hanya ingin menguasai daerah Byzantium yang telah direbut oleh Turki untuk mengembalikan kejayaan mereka ketikapada masa Charlemagne. Supaya hal itu tidak terjadi Kaisar Alexius mengadakan sebuah perjanjian dengan pasukn salib mengenai daerah taklukan tersebut. Amstrong menjelaskan (2007:251) “Karena itu, ia mengusulkan agar selama para pasukan itu di Timur mereka harus bersumpah padanya dan menerimanya sebagai raja mereka”.
Jalur perjalanan pasukan Salib setelah singgah
di Konstantinopel
Serangan pertama pasukan salib terjadi pada bulan Mei 1097, pasukan salib bergabung dengan pasukan Byzantium menyerang Nicaea yang dikuasai oleh Turki Saljuk dibawah Kilij Arslan. Amstrong menjelaskna (2007:253) “Pada bulan Mei 1097, para tentara salib dan tentara Byzantium mengepung ibukota Saljuk di Nicaea”. Mereka berhasil menghancurkan pasukan Turki Saljuk di Nicaea dengan waktu yang sangat singkat dan berhasil menguasai daerah tersebut atas nama Kaisar Alexius. Hitti (2008:813) menjelaskan “Nicaea, kota ayah Qilij, Sulyaman ibn Qutlumisy, pendiri Dinasti Saljuk dari Al-Rum, menyerah (Juni 1097)”. Hal ini dikareanakan kekuatan pasukan Turki Saljuk tidak seimbang dengan pasukan gabungan Byzantium dan pasukan sailb.
Setelah berhasil menaklukan Nicaea pasukan salib terus maju dan menyerang daerah kekuasaan Turki Saljuk di Dorylaeum. Dalam penyerangan kali ini, pasukan salib dibagi dua yaitu pasukan yang dipimpin oleh Bohemund dan yang kedua oleh Raymund. Pasukan Bohemund adalah pasukan pertama yang berangkat ke Dorylaeum dan berperang melawan pasukan Turki Saljuk. Pasukan ini hampir saja dikalahkan oleh pasukan Turki sebelum akhirnya mereka mendapatkan tenaga baru dari pasukan kedua yang dipimpin oleh Raymund. Akhirnya dengan bantuan pasukan Raymund, kota Dorylaeum dapat dikuasai oleh pasukan salib. Amstrong (2007:257) menggambarkan keadaan pasukan Turki pada penyerangan tersebut, “Orang-orang Turki lari, diburu dengan penuh semangat oleh para Tentara Salib, yang akhirnya meratakan perkemahan tentara Turki dengan tanah”.
Pasukan Salib lain yang dipimpin oleh Baldwin menyerang Edessa dan berhasil menguasai kota tersebut dari Turki Saljuk. Yatim (2008:77) menjelaskan “Pada tanggal 18 Juni mereka berhasil menaklukan Nicaea dan tahun 1098 menguasai Raha (Edessa)”. Dan di Edessa mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldwin sebagai rajanya.
Pasukan Bohemund berhasil memasuki Antiokia, dan menghancurkan tentara Turki dengan bantuan pengkhianat Armenia Muslim, Firouz. Tetapi keberhasilan ini dikejutkan dengan keberadaan pasukan Karbuga yang telah mengepung mereka di luar benteng dengan persenjataan lengkap. Sedangkan pasukan salib berada dalam keadaan yang sulit, keadaan fisik yang lemah akibat peperangan sebelumnnya dan persediaan makanan yang menipis. Tetapi Peter Bartholomew dan St Andrew berhasil membangkitkan semangat tentara salib dengan khotbah-khotbah mereka. Dan mereka menginstruksikan agar menggali tanah dan menemukan tombak suci yang menancap di dada Yesus ketika disalib. Ketika tombak tersebut ditemukan, maka semangat dari pasukan salib bertambah. Amstrong menjelaskan (2007:282) “Penemuan tombak itu setara dengan penemuan senjata-baru yang mematikan dan dapat memusnahkan Kerbuqa”. Ternyata hal ini benar dan psukan salib berhsil mengalahkan pasukan Kerbuqa dan dapat menguasai Antiokia pada tanggal 28 Juni 1098. Yatim menjelaskan (2008:77) “Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirirkan kerajaan Latin II di Timur. Bohemund dilantik menjadi rajannya”.
Kerajaan Kristen yang muncul setelah
Perang Salib I
Pasukan yang dipimpin oleh Raymund, Godfrey dan Tancred berhasil memasuki kota Yarusalem. Amstrong menjelskan (2007:287) “Pada tanggal 7 Juni 1099, Tentara salib tiba di benteng kota Yarusalem. Mereka memandang dan kagum terhadap kota suci ini dan semangat mereka untuk membebaskan kota suci ini semakin berlipat”. Pada 15 Juli, para penyerbu menggempur kota, membantai semua penduduk tanpa membeda-bedakan usia dan jenis kelamin, sehingga “tumpukan kepala, tangan, dan kaki bisa disaksikan diseluruh jalanan dan alun-alun kota. Setelah pengepungan itu berhasil dan mengalahkan pasukan muslim, maka mereka mendirikan kerajaan Latin III di Yrusalem dengan rajanya yaitu Godfrey. Yatim (2008:77) menjelaskan “Mereka juga berhasil menduduki Bait Al-Maqdis (15 Juli1009) dan mendirikan kerajaan Lati III dengan rajannya Godfrey”. Tetapi ada keunikan pada Godfrey de Boulion, dia tidak mau disebut sebagai raja Yarusalem, dia hanya ingin disebut Advocatus Sancti Sepulchri atau pelindung (pembela) makam suci. Raymond kemudian melanjutkan ekspansinnya ke Tripoli, Akka dan Tyre. Raymond berhasil menguasai Tripoli dan mendirikan kerajaan Lati IV disana dengan Raymund sebagai raja.            
Perang salib pertama ditandai oleh kekalahan umat Islam dalam membendung ekspansi Kristen Eropa. Serta dibentuknya kerajaan Latin yang berhasil menguasai daerah-daerah vital bagi kerajaan Saljuk terutama jatuhnya Yarusalem ketangan Kristen.

bersambung

No comments:

Post a Comment