Halaman

Tuesday, July 12, 2011

Perang Salib

Latar Belakang dan Akar Permasalahannya (bag I)
Oleh Cecep Lukmanul Hakim


Latar Belakang
Persaingan yang terjadi antara Islam dan Kristen telah berlangsung sejak lama dan bahkan sampai sekarang. Persaingan dimulai ketika masa Khulafaurasyidin menggantikan Nabi Muhammad dalam memimpin umat Islam baik dalam agama maupun politik (pemerintahan). Persaingan antara kedua agama ini disebabkan oleh perebutan daerah kekuasaan dan pencapaian kejayaan dari keduanya. Di zaman Umar bin Khattab gelombang ekspansi pertama terjadi, ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian setela tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam.
Kekalahan Kristen yang menyakitkan adalah jatuhnya Andalusia ketangan dinasti Islam, Umayyah. Ekspansi ini dilakukan ketika dinasti Umayyah berkuasa tepatnya pada masa pemrintahan Al Walid, Islam telah sampai kedaratan Eropa yaitu Andalusia (Spanyol) dengan ekspansi yang dipimpin oleh Gubernur Musa Ibn Nushair dan komandan yang terkenal yaitu Thariq bin Ziyad yang namanya diabadikan sebagai nama selat ketika mereka menyebrangi lautan dari Afrika Utara ke Eropa yaitu selat Gibraltar.
Adapaun yang menjadi pemicu dari terjadinya perang salib adalah jatuhnya Yarusalem ke tangan Bani Saljuk dari kekuasaan Fathimiyah di Mesir. Bani Saljuk menerapkan peraturan yang ketat bahkan dianggap menghalangi peziarah Kristen Eropa menuju Yarusalem. Atas dasar ini atau dasar yang lain maka Paus Urbanus II dalam konsili Clermont memerintahkan untuk melakukan jihad membebaskan tanah suci mereka yaitu Yarusalem.

Akar Permasalahan (General Casus)
Perang Salib adalah puncak dari permusuhan antara Eropa (Kristen) dan Timur Tengah (Islam) pada masa itu
Permusuhan antara Islam dengan Kristen telah dimulai ketika Islam mengalami kemajuan peradaban. Islam melakukan ekspansi perluasan daerah kekuasaan sampai merebut wilayah kaerajaan Romawi. Yang paling mengejutkan, Islam berhasil menaklukan Spanyol (Andalusia) dan mendirikan dinasti disana. Gelombang ekspansi ini dimulai ketika pemerintahan Khulafaurrasidin tepatnya pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Yatim (2008:37) menjelaskan “Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi, ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian setela tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam”.
            Gelombang ekspansi ini dilanjutkan ketika dinasti Umayyah berkuasa tepatnya pada masa pemrintahan Al Walid, Islam telah sampai kedaratan Eropa yaitu Spanyol dengan ekspansi yang dipimpin oleh Gubernur Musa Ibn Nushair dan komandan yang terkenal yaitu Thariq bin Ziyad yang namanya diabadikan sebagai nama selat ketika mereka menyebrangi lautan dari Afrika Utara ke Eropa yaitu selat Gibraltar. Setelah mereka berhasil menyebrangi selat tersebut mereka berhadapan dengan kerajaan Gothik dengan rajanya Roderick. Terjadi pertempuran antara pasukan muslim dengan pasukan kerajaan Gothik dan akhirnya pasukan muslim bisa mengalahkan pasukan Gothik.
Pencapaian peradaban yang dicapai oleh dunia Timur khususnya Islam mengalahkan peradaban Romawi yang sedang terpuruk
Islam mengalami masa kejayan ketika dua dinasti Islam berkuasa yaitu Umayyah dan Abasiyah yang berhasil meluaskan kekuasaan Islam hingga Persia, Afrika Utara, Asia Kecil bahkan ke Andalusia. Pukulan terberat adalah penguasaan Islam atas Andalusia yang dilakukan pada masa dinasti Umayyah. Hal ini dikarenakan Islam berhasil memutus jalur perdagangan dan pelayaran antara Eropa dengan Afrika, selain itu Islam berhasil memutus jalur pelayaran Eropa Utara dengan Eropa Selatan.
Kristen Eropa merasa terkepung oleh luasnya daerah penaklukan Islam dan khawatir ibu kota Byzantium jatuh ke tangan Islam. Wilayah Eropa terkepung oleh kekuasaan Islam, di timur kekuasaan Islam sudah sampai Syiria dan Asia Kecil, di selatan Islam sudah menguasai Afrika Utara dan di barat ada kukasaan Islam di Andalusia. Hal ini menimbulkan kebencian yang mendalam Kristen Eropa dan membalaskan dendamnya dalam perang salib.
Hal ini didukung dengan adanya ambisi yang luar biasa dari para pedagang-pedagang besar yang berada di pantai barat laut Tengah (Venezia, Genoa dan Piza) untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang pantai Timur dan selatan laut Tengah, sehingga dapat memperluas jaringan dagang mereka. Untuk itu mereka rela menanggung sebagian dana perang salib dengan maksud menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka, karena jalur Eropa akan bersambung dengan rute-rute perdagangan di Timur melalui jalur strategis tersebut.
Perpecahan di dalam Katholik
Perpecahan di dalam Katholik pada waktu itu yang terbagi kepada dua kelompok yaitu Katholik Roma yang menganggap bahwa Paus adalah utusan Yesus di dunia dan bersedia patuh terhadapnya. Dan kelompok lain yaitu Katholik Ortodok yang berkeyakinan bahwa Yesus adalah seorang utusan Tuhan Allah. Katholik Ortodok terbagi pada empat patriakh yaitu patriakh Yarusalem, Antiokia, Konstantinopel dan Alexandria. Selain latar belakang diatas, kemungkinan perpecahan dalam Katholik ini juga menjadi salah satu alasan terjadinya perang salib. Hitti dalam bukunya (2008: 811) menjelaskan “Mungkin, Paus memandang permohonan itu sebagai kesempatan untuk menyatukan kembali gereja Yunani dan gereja Roma, yang sejak 1009 hingga 1054 mengalami perpecahan”. Paus berpidato menyerukan perang Salib untuk membebaskan kota suci Yarusalem dari penguasaan orang Sarasin/Saraken dengan tujuan untuk mempersatukan kembali Katholik yang pecah dibawah Paus.

Pemicu Terjadinya Perang Salib
Munculnya Bani Saljuk menjadi suatu kekuatan Islam dalam mematahkan dominasi Byzantium dan berhasil merebut beberapa wilayah kekuasaan Byzantium. Dinasti ini merupakan pecahan dari dinasti Abbasiyah dan didirikan oleh Rukn Al-din Abu Thalib Tuqhrul Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn Tuqaq. Dinasti ini berhasil mendesak kekuasaan Byzantium atas daerah Asia Kecil, selain itu dinasti ini pada masa Alp Arselan berhasil megalahkan pasukan Byzantium dalam peristiwa Manzikart pada tahun 1071 M. Yatim (2008; 74) menjelaskan “Tentara Alp Arselan berhasil mengalahkan tentara Romawi yang besar yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al- Akraj, Al-Hajr, Prancis dan Armenia”.
Satu kali lagi tamparan yang diberikan oleh dinasti Saljuk kepada kekaisaran Byazantium dan kepada seluruh umat Kristen Eropa adalah direbutnya kota suci Yarusalem dari kekuasaan dinasti Fatihmiyah. Ketika menguasai Yarusalem, dinasti Saljuk menerapkan beberapa peraturan yang ketat terhadap para peziarah Kristen Eropa. Yatim dalam bukunya (2008:77) “Penguasa Saljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana”. Peraturan itu dirasakan sangat menyulitkan mereka. Berbeda dengan dinasti Fathimiyah yang cenderung lebih toleransi terhadap umat Kristen yang berziarah ke Yarusalem.
  
bersambung

No comments:

Post a Comment