Halaman

Tuesday, April 5, 2011

Nyantri sambil sekolah ? why not ? *

 Oleh Cecep Lukmanul Hakim


            Di masa ini banyak para orang tua yang khawatir dengan pergaulan anak muda sekarang yang lebih berprilaku hedonis akan mempengaruhi kehidupan anak mereka, baik pergaulannya ataupun cara hidupnya. Para orang tua khawatir anaknya terjerumus kepada hal-hal yang dilarang agama dan norma ketimuran. Kita lihat anak-anak muda sekarang yang notabenenya berstatus anak sekolah, prilaku mereka sangat jauh dari konsep seorang pelajar. Prilaku mereka bertolak belakang dengan apa yang guru mereka ajarkan di kelas. Mereka justru melakukan apa yang tidak dianjurkan atau malah melakukan apa yang dilarang oleh guru mereka. Sekolah dan belajar mereka jadikan suatu kewajiban yang harus mereka jalani setiap hari, mereka jadikan sekolah dan belajar itu adalah sebuah beban dan tuntutan yang diharuskan kepada mereka. Yang seharusnya mereka menganggap sekolah itu sebagai hak dan kebutuhan mereka sebagai seorang manusia yang berbudaya.
            Jalan keluar terbaik yang dipilih oleh para orang tua sekarang adalah memasukan anak mereka ke pondok-pondok pesantren baik yang masih “tradisional” ataupun yang sudah “modern”. Mereka tidak ingin anaknya berprilaku seperti kebanyakan anak muda sekarang yang berprilaku hedonis. Para orang tua menginginkan anaknya memiliki budi pekerti yang baik, lebih baik dari orang tuanya sendiri. Mereka menginginkan anaknya memiliki bekal ilmu agama yang cukup, karena dengan itulah hidup kita akan lebih bermakna dan selamat di dunia dan akhirat.
            Kita bisa lihat daerah Tasikmalaya yang disana terdapat banayak pesantren, santrinya didominasi oleh orang-orang kota seperti Bandung, Bekasi, Jakarta, Tangerang dan lain-lain. Itu adalah satu bukti bahwa orang tua tidak menginginkan anaknya rusak moralnya. Mereka biasanya memasukan anaknya pada umur 13 tahun atau ketika masuk SMP\MTs (Madrasah Tsanawiyah). Atau ketika mereka masuk ke SMU\MA (Madrasah Aliyah). Biasanya pesantren juga letaknya berdekatan dengan sekolah sehingga memudahkan para santrinya untuk belajar di sekolah. Kebanyakan sekarang pesantren sudah menyediakan fasilitas-fasilitas yang vital bagi para santrinya tanpa meninggalkan sifat kesederhanaan yang merupakan ciri dari seorang ‘alim (orang berilmu). Seperti sekolah, perpustakaan, sarana olaharaga, kopontren (koprasi pesantren) yang menyediakan kebutuhan sehari-hari, jasa pengiriman uang, poskestren (pos kesehatan pesantren) dan yang lain-lain.
            Tetapi sebelum lebih jauh, kita harus merubah paradigma di masyarakat tentang kalimat “sekolah sambil mesantren”, menurut saya paradigma itu perlu ditinjau kembali. Menurut saya kalimat itu harus dibalik menjadi “mesantren sambil sekolah”, karena kebanyakan waktu yang dihabiskan adalah di pesantren, dimulai dari bangun tidur, solat, mandi, mengaji dan seterusnya semua dilakukan di pesantren, kecuali kegiatan sekolah yang hanya berdurasi 6 jam saja. Terlebih pesantren yang mempunayi peran yang dominan terhadap prilaku sosial santri dibandingkan dengan sekolah. Dipengajian diajarkan akhlak-akhlak yang baik terhadap orang tua, guru, sesama, sampai yang lebih kecil dari kita. Selain itu diajarkan bagaimana mendapatkan ilmu dari Al-Qur’an dan kitab yang lainnya dengan cara mengkajinya dengan ilmu yang diajarkan.
            Peran sekolahpun tidak bisa dianggap kecil, peran sekolah sangat penting sebagai penyeimbang pesantren. Maksudnya, kalau dipesantren dipelajari ilmu agama, sekolah mengajari ilmu pengetehuan yang tidak kalah penting. Karena akan lebih baik orang yang mengerti agama ditambah mengerti ilmu pengetahuan. Orang seperti itu biasanya disebut cendekiawan. Ilmu pengetahuan juga sangat penting untuk dipelajari mengingat kemajuan iptek sekarang yang semakain pesat, apabila agama melarang untuk mempelajari ilmu pengetahuan maka sedikit demi sedikit agama itu akan hancur karena Rosulullah s.a.w pun meganjurkan untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Juga di sekolah diajarkan bagaimana cara kita berorganisasi, sebagai prototype kehidupan di masayarakat. Hal itu sangat berguna sebagai ukuran atau pengalaman kita sebelum kita terjun ke dunia masyarakat yang sebenarnya.
            Jadi alangkah baiknya jika anak-anak sekarang menjadi SDM yang berkualitas dimasa depan dengan bekal ilmu agama dan pengetahuan yang cukup yang kelak akan menjadi pemimpin negara kita ini. Dengan cara selain bersekolah secara formal ditunjang dengan ilmu agama yang cukup. 

*Paper untuk mata kuliah Landasan Pendidikan tahun 2007
                                                                                                         
                        

1 comment:

  1. cara pendaftaran nya g mna , , , ,sya mau masukin adik sya tong dong info nya 085770724212

    ReplyDelete