Halaman

Sunday, November 26, 2017

Terjebak

Oleh Cecep Lukmanul Hakim
“Saya menyesal mengambil jalan ini, coba kalau saya ambil jalan lain pasti tidak akan macet.”
Setiap manusia yang hidup jasad serta fikirannya pasti sering mengucapkan kalimat-kalimat penyesalan seperti itu. Menyesal berarti ungkapan ketidakpuasan atas sebuah keadaan, artikulasi dari kekecewaan dari keadaan yang dihadapi.
Kecewa – bahagia adalah sikap dasar manusia sebagai respon dari suatu keadaan atau pencapaian. Maka merasa kecewa dan bahagia itu sangatlah wajar sebagai mahluk yang dianugerahi perasaan, fikiran dan indera. Tidak ada yang salah ketika kita merasa bahagia menerima uang dan kecewa ketika kekurangan uang.

Tuesday, November 21, 2017

Bagaimana Ketentuan Tuhan atas Hidup Kita ?

Oleh Cecep Lukmanul Hakim
Sebagai seorang awam akan ilmu agama, membicarakan hal-hal ghaib dalam agama adalah hal yang tabu. Kita cenderung lebih berhati-hati dalam berbicara mengenai hal tersebut, atau bahkan seringkali menghindari pembicaraan kearah itu. Kita takut karena kedangkalan ilmu justru akan menjerumuskan kita kedalam hal-hal yang mendatangkan madharat.
Saya teringat sewaktu pertama kali masuk kuliah, ada salah satu senior di kostan dengan tiba-tiba bertanya ‘Menurutmu apa itu takdir?’. Dan sudah pasti saya dibuat celingak celinguk dengan pertanyaan itu. Takut akan kesalahan berbicara dengan kedangkalan ilmu menjadi dasar saya tidak menjawab.

Siapa yang Salah ?

Oleh Cecep Lukmanul Hakim

Banyak orang dengan secara tidak sadar meyakini bahwa Tuhan membeda-bedakan setiap manusia atau bahkan menganggap berlaku tidak adil pada dirinya atau orang lain. Mereka berpendapat bahwa manusia diciptakan dengan kadar kemampuan dan dengan batasan yang beragam.
Atau setidaknya mereka sering mengeluh dan melemparkan kesalahan kepada Tuhan atas ketidakmampuan dirinya dalam menghadapi permasalahan. Seringkali kita mendengar, bahkan kita sendiri berkata, ‘Mungkin ini adalah batas kemampuan yang diberikan Tuhan pada saya’. Kalimat ini sering kali diucapkan oleh kita atas ketidakmampuan kita menghadapi permasalahan atau menyelesaikan masalah.
Kalimat seperti ini seolah pembenaran terhadap capaian kita dalam sebuah proses, kita tidak bisa melakukan lebih dari itu. Sedangkan terhadap orang lain yang lebih tinggi capaiannya dari kita, ‘Ya itu merupakan anugerah dari Tuhan untuknya’. Jika pola berfikir kita seperti itu, apakah kita tidak meragukan kuasa Tuhan? Apakah kita tidak meyakini Tuhan berlaku adil pada kita?

Thursday, November 9, 2017

Belajar dari Timur

Oleh Cecep Lukmanul Hakim
Hari ini ketemu sama kawan dari timur, kebetulan dia lagi kuliah di Unigal. Sudah lama tinggal di Jawa, sejak lulus SD katanya dan baru sekali pulang ke kampung halaman. Aripin namanya, dan yang bikin kaget, dia satu marga dengan kawan saya dulu di pondok.
Berhadapan dengan orang lain daerah, merupakan berkah yang tak terkira buat saya. Saya bisa bertanya sepuasnya tentang apapun kepadanya. Alam, penduduk, sosial masyarakat, pembangunan pokonya apapun. Dan yang paling penting, saya tidak keluar ongokos untuk tahu segalanya, hanya rokok dan kopi saja sesajennya, itupun masih dibayarin sahabat saya.