Halaman

Wednesday, June 15, 2011

Sejarah dan Koleksi-Koleksi Museum Fatahillah

Oleh Cecep Lukmanul Hakim
Museum Fatahillah


Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.
Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota (bahasa Belanda: Stadhuis) yang dibangun atas perintah Gubernur Jenderal Jan Peterzoon Coen pada tahun 1620. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah.

Arsitektur

Arsitektur bangunannya bergaya abad ke-17 bergaya Barok klasik dengan tiga lantai dengan cat putih, kusen pintu dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua. Bagian atap utama memiliki penunjuk arah mata angin.
Museum ini memiliki luas lebih dari 1.300 meter persegi. Pekarangan dengan susunan konblok, dan sebuah kolam dihiasi beberapa pohon tua.
Foto ini adalah koleksi pribadi
Museum Fatahillah tampak depan

Museum Fatahillah tampak belakang

Patung Hermes di halaman belakang Museum


Sejarah

Gedung Museum Sejarah Jakarta mulai dibangun pada tahun 1620 oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen sebagai gedung balai kota kedua pada tahun 1626 (balai kota pertama dibangun pada tahun 1620 di dekat Kalibesar Timur). Menurut catatan sejarah, gedung ini hanya bertingkat satu dan pembangunan tingkat kedua dilakukan kemudian. Tahun 1648 kondisi gedung sangat buruk. Tanah Jakarta yang sangat labil dan beratnya gedung menyebabkan bangunan ini turun dari permukaan tanah. Solusi mudah yang dilakukan oleh pemerintah Belanda adalah tidak mengubah pondasi yang sudah ada, tetapi menaikkan lantai sekitar 2 kaki (56 cm). Menurut suatu laporan 5 buah sel yang berada di bawah gedung dibangun pada tahun 1649, luas penjara hanya sekitar 4x4 meter dengan tinggi hanya 1 meter, jadi setiap tahanan tidak bisa berdiri di dalam sel. Selain itu, sel dengan ukuran 4x4 ini di isi oleh puluhan tahanan dan di dalamnya tidak ada sanitasi atau tempat buang air. Hal inilah diantaranya yang membuat para tahanan meninggal karena penyakit. Tahun 1665 gedung utama diperlebar dengan menambah masing-masing satu ruangan di bagian Barat dan Timur. Setelah itu beberapa perbaikan dan perubahan di gedung stadhuis dan penjara-penjaranya terus dilakukan hingga menjadi bentuk yang kita lihat sekarang ini.

             Baca juga : Sejarah Lawang Sewu dan Kemegahan Bangunannya

Selain digunakan sebagai stadhuis, gedung ini juga digunakan sebagai ‘’Raad van Justitie'’ (dewan pengadilan). Pada tahun 1925-1942, gedung ini dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pada tahun 1942-1945 dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Tahun 1952 gedung ini menjadi markas Komando Militer Kota (KMK) I, lalu diubah kembali menjadi KODIM 0503 Jakarta Barat. Tahun 1968, gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, lalu diresmikan menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Seperti umumnya di Eropa, gedung balaikota dilengkapi dengan lapangan yang dinamakan ‘’stadhuisplein'’. Menurut sebuah lukisan uang dibuat oleh pegawai VOC ‘'’Johannes Rach”’ yang berasal dari ‘'’Denmark”’, di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah air mancur yang merupakan satu-satunya sumber air bagi masyarakat setempat. Air itu berasal dari Pancoran Glodok yang dihubungkan dengan pipa menuju stadhuiplein. Pada tahun 1972, diadakan penggalian terhadap lapangan tersebut dan ditemukan pondasi air mancur lengkap dengan pipa-pipanya. Maka dengan bukti sejarah itu dapat dibangun kembali sesuai gambar Johannes Rach, lalu terciptalah air mancur di tengah Taman Fatahillah. Pada tahun 1973 Pemda DKI Jakarta memfungsikan kembali taman tersebut dengan memberi nama baru yaitu ‘'’Taman Fatahillah”’ untuk mengenang panglima Fatahillah pendiri kota Jakarta.
Foto ini adalah koleksi pribadi
Meriam "si Jagur" di halaman balakang gedung


Meriam "si Jagur" tampak dari balakang


Pintu Penjara Wanita di bawah gedung


Penjara Wanita tampak dari dalam


Penjara Laki-Laki bawah gedung tampak dari luar


Penjara Laki-Laki tampak dari dalam


Koleksi

Objek-objek yang dapat ditemui di museum ini antara lain perjalanan sejarah Jakarta, replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di Jakarta, mebel antik mulai dari abad ke-17 sampai 19, yang merupakan perpaduan dari gaya Eropa, Republik Rakyat Cina, dan Indonesia. Juga ada keramik, gerabah, dan batu prasasti. Koleksi-koleksi ini terdapat di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang MH Thamrin.

             Baca juga artikel lainnya terkait Sejarah 

Terdapat juga berbagai koleksi tentang kebudayaan Betawi, numismatik, dan becak. Bahkan kini juga diletakkan patung Dewa Hermes (menurut mitologi Yunani), merupakan dewa keberuntungan dan perlindungan bagi kaum pedagang) yang tadinya terletak di perempatan Harmoni dan meriam Si Jagur yang dianggap mempunyai kekuatan magis. Selain itu, di Museum Fatahillah juga terdapat bekas penjara bawah tanah yang dulu sempat digunakan pada zaman penjajahan Belanda.
Foto Koleksi Pribadi
Patung Hermes yang terletak di halaman belakang

Koleksi keramik asal Cina

Koleksi gentong tanah liat

Koleksi tempat tidur

Koleksi kursi

Koleksi Pedang
(Pedang Eksekusi ???)

Koleksi lukisan Gubernur Hindia Belanda
bernama Herman Willem Daendels

Lukisan karya pelukis Indonesia terkenal Raden Saleh, 
menceritakan tertangkapnya Pangeran Diponegoro oleh Belanda

Foto saya dan kawan-kawan ketika Praktikum 
ke Jakarta (Museum Fatahillah dan Kampung Betawi)


Sumber
http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Fatahillah
Foto koleksi pribadi

12 comments:

  1. yey,,,,yang terakhir peninggalan jaman raden fatahilah juga ya,,,????hehehehe
    keren,,,,,,,!!!! foto2 nya bagus,,
    (n. fitri)

    ReplyDelete
  2. Hahaha...
    Foto nu terakhir mah manusia purba...
    Hehehe....

    ReplyDelete
  3. boleh numpang copy gambay yaaak...

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas Cecep, itu bukan foto lukisan Letnan Gubernur Jenderal Inggris,Sir Thomas Stamford Raffles melainkan foto lukisan Gubernur Jendeal Belanda, Herman Willem Daendels.

      Delete
    2. Ah iya, terimakasih koreksinya Mas/Mba

      Delete
    3. Ku juga ya mas cecep izin ambil gambwar

      Delete
  5. Barusan ke kota tua. . tapi gak bsa masuk ke penjara wanita. . skrg teremdam air. . padahal mau bangrt tu masuk kesana. .mau tahu aja.
    www.cityscape-indonesia.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setau gue emg selalu di genangin air tp ga tinggi ko paling cuma sebetis aja.. waktu gue kesana jg ada airnya tp karna nekat dan penasaran jd gue beraniin turun deh

      Delete
  6. Nice artikel bro. Museum Sejarah Jakarta kalau kita tahu sejarahnya memang sangat menarik buat dikunjungi.

    ReplyDelete